PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE QUIZ TEAM DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN PILADANG TAHUN PELAJARAN
2012/2013
PROPOSAL
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian
Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika
Oleh:
GUSTI MAHA PUTRI
2410. 024
Dosen
Pembimbing:
M.
IMAMUDDIN, M. Pd
PRODI PENDIDIKAN
MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2013 M/1434 H
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................... 1
B.
Identifikasi
Masalah ................................................................. 10
C.
Batasan Masalah
....................................................................... 11
D.
Rumusan Masalah .................................................................... 11
E.
Tujuan
Penelitian ...................................................................... 11
F.
Defenisi Operasional................................................................. 12
G.
Kegunaan Penelitian ............................................................... 13
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A.
Belajar dan
Pembelajaran .......................................................... 15
B.
Pembelajaran
Matematika ......................................................... 16
C. Model
Pembelajaran tipe quiz team........................................... 17
D. Pembelajaran Konvensional ...................................................... 19
E. Aktifitas
Siswa........................................................................... 23
F.
Respon Siswa............................................................................. 25
G. Hasil
Belajar............................................................................... 26
H. Penelitian
yang Relevan............................................................. 29
I.
Kerangka
Konseptual................................................................. 29
J.
Hipotesis.................................................................................... 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.......................................................................... 32
B.
Rancangan Penelitian................................................................ 33
C.
Populasi dan Sampel................................................................. 33
D.
Variabel .................................................................................... 40
E.
Jenis dan Sumber Data.............................................................. 40
F.
Prosedur Penelitian.................................................................... 41
G.
Instrument
penelitian................................................................ 44
H.
Teknik Analisis Data................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Belajar dan menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
orang agar memperoleh ilmu pengetahuan. Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa manusia yang mencari ilmu
pengetahuan akan ditinggikan derajatnya, sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-
Mujadillah ayat 11 yang berbunyi:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9
(#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt
ª!$#
öNä3s9
( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$#
(#râà±S$$sù
Æìsùöt
ª!$#
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur
$yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat di atas menjelaskan bahwa orang-orang yang menuntut
ilmu dan memiliki ilmu pengetahuan maka Allah
akan meninggikan derajatnya. Ini memperlihatkan
betapa pentingnya menuntut ilmu yang terjadi dalam pendidikan. Orang-orang yang menuntut ilmu dan memiliki ilmu pengetahuan memiliki keutamaan dibanding orang yang
tidak memiliki ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui
proses belajar. Proses belajar yang dilalui oleh seseorang tidak terbatas hanya
untuk kalangan dan usia tertentu saja, melainkan dapat dilakukan oleh setiap
orang, kapan dan dimanapun mereka berada.
Menurut Undang–Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 1
menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kebutuhan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara. Selanjutnya,
undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 mengemukakan tujuan Pendidikan Nasional
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Guna mencapai
tujuan pendidikan tersebut diperlukan proses pendidikan. Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana
proses belajar mengajar itu berlangsung. Selain itu, proses interaksi belajar
pada prinsipnya tergantung pada siswa dan guru. Guru dituntut untuk menerapkan
suasana belajar mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat
dan dorongan untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga keberhasilan
belajar dalam bidang kognitif, afektif, dan pskomotorik dapat
tercapai.
Matematika adalah salah satu
disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari,
karena dibutuhkan dalam memecahkan berbagai masalah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Erman Suherman yang menyatakan bahwa “ para pelajar memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan
praktis memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dapat
berhitung, dapat menghitung isi dan berat, dapat mengumpulkan, mengolah,
manyajikan dan menafsirkan data, dapat menggunakan kalkulator dan komputer.
Selain itu agar siswa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut, untuk
membantu memahami bidang studi lain, serta dapat digunakan dalam kehidupan yang
lebih luas.
Matematika adalah suatu mata pelajaran yang memiliki kedudukan yang sangat penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, namun banyak orang
menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dikuasai oleh siswa,
sehingga matematika menjadi mata pelajaran yang kurang disenangi. Anggapan ini
muncul karena penyampaian materi yang sering berbelit-belit dan menggunakan
bahasa yang sulit untuk dipahami. Ketidaksenangan siswa terhadap mata pelajaran
ini kemungkinan juga disebabkan oleh sukarnya memahami pelajaran matematika itu
sendiri. Ini dapat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa tersebut.
Proses pembelajaran matematika sebaiknya memenuhi keempat
pilar pendidikan masa datang yaitu:
1.
Proses ”learning to know” : siswa memiliki pemahaman dan penalaran
yang bermakna terhadap produk dan proses matematika (apa, bagaimana, dan
mengapa) yang memadai.
2.
Proses “learning to do” : siswa memiliki keterampilan dan dapat
melaksanakan proses matematika (doing math) yang memadai untuk memacu
peningkatan perkembangan intelektualnya.
3.
Proses ”learning to be” : siswa dapat menghargai atau mempunyai
apresiasi terhadap nilai-nilai keindahan akan produk dan proses matematika yang
ditunjukkan dengan sikap senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin,
jujur serta mempunyai motif berprestasi dan rasa percaya diri.
4.
Proses ”learning to live together in peace and harmoni” : siswa
dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam metematika melalui bekerja atau
belajar bersama, saling menghargai pendapat orang lain dan sharing ideas.
Bersamaan dengan adanya keempat pilar pendidikan masa datang
tersebut hendaknya proses pembelajaran matematika dapat dilaksanakan
berdasarkan keempat pilar tersebut agar dapat menjadikan proses pembelajaran
matematika menjadi lebih bermakna.
Menyadari pentingnya
matematika dalam kehidupan, seharusnya mata pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Agar siswa tertarik mengikuti pembelajaran
matematika, maka seharusnya pembelajaran matematika dilaksanakan dengan cara
yang menarik, menyenangkan, dan melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sejalan
dengan pendapat Oemar Hamalik yang menjelaskan bahwa guru dan siswa senantiasa
dituntut agar menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan
menyenangkan, menantang dan menggairahkan.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran
yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi yang
peneliti lakukan di MTsN Piladang pada tanggal 3 Januari 2013, peneliti melihat
bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan belum optimal sehingga pencapaian
tujuan pembelajaran matematika yang diharapkan belum tercapai. Pada
pembelajaran, siswa masih cenderung terpusat kepada guru atau peran guru di
kelas lebih dominan dibandingkan siswa. Hal ini terlihat ketika pembelajaran
berlangsung, materi diberikan oleh guru, defenisi dan rumus juga diberikan,
penurunan rumus dan penyelesaian soal dilakukan sendiri oleh guru, kegiatan siswa
adalah mendengar dan membuat catatan, serta mengerjakan latihan yang diberikan
oleh guru. Ketika guru meminta siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang
tidak mereka pahami, siswa tersebut malas bertanya dan hanya diam. Siswa juga
merasa tidak percaya diri untuk menjawab ataupun memberikan
pertanyaan/tanggapan secara terbuka, baik kepada guru maupun teman sebayanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru bidang studi
matematika, beliau mengatakan bahwa banyak siswa yang tidak tertarik dengan materi yang diberikan, dan dalam
belajar kelompok siswa yang ingin belajar hanyalah siswa yang pintar saja
sedangkan siswa yang lain mengharapkan dari temannya yang pintar saja.
Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa siswa, mereka berpendapat bahwa matematika
merupakan pelajaran
yang sangat menakutkan, terlalu banyak rumus sehingga susah untuk dihafal, dalam
menyelesaikan soal cerita, soalnya susah untuk dipahami.
Untuk
mengatasi permasalahan di atas, maka seorang guru diharapkan mampu menciptakan
proses pembelajaran yang dapat melibatkan para siswa secara aktif, membantu
mereka untuk dapat mengaitkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata
siswa serta dapat meningkatkan minat, aktivitas dan hasil belajar siswa.
Secara umum terlihat
bahwa motivasi belajar siswa kurang sehingga aktifitas siswa dalam pembelajaran
belum berkembang secara optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah berasal
dari dalam diri siswa sendiri, siswa menganggap bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit dan mengandung bahasa yang rumit. Hal ini tergambar dari
sikap siswa, seperti siswa merasa kurang percaya diri ketika menjawab ataupun
mengajukan pertanyaan kepada guru.
Selain itu, siswa juga tidak termotivasi bekerjasama dengan
teman sebayanya saat menyelesaikan soal yang diberikan guru. Hal ini terlihat
dari kurangnya aktifitas siswa berdiskusi dengan temannya untuk mengerjakan
tugas yang diberikan guru. Beberapa siswa tertentu saja yang mau mengerjakan
tugas yang diberikan guru, sedangkan siswa yang lain menunggu pekerjaan
temannya selesai agar dapat mencontoh, bahkan ada juga yang tidak mengerjakan
tugas sama sekali. Masalah ini jika dibiarkan berlanjut akan berakibat kepada
aktifitas dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Selain faktor dari dalam diri siswa, faktor guru dan model pembelajaran yang digunakan juga berperan penting atas
rendahnya aktifitas dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Guru
cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan sehingga perbedaan individual
ataupun kelompok kurang mendapat perhatian. Pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merubah kondisi anak dari yang tidak tahu
menjadi tahu dan dari yang berperilaku yang kurang baik menjadi baik. Faktor
lain juga telihat dari perlakuan guru yang masih menggunakan model pembelajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di
kelas berlangsung. Hal ini menyebabkan kurangnya minat dan respon siswa
terhadap pembelajaran karena tidak adanya variasi dari cara mengajar guru.
Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah
terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang
cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini mengakibatkan
tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas
terabaikan. Salah satu indikasi dapat dilihat dari rendahnya hasil belajar yang
diperoleh siswa. Hal ini dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang
memperoleh hasil belajar rendah berdasarkan Ketuntasan Kompetensi Minimal (KKM)
yang telah ditetapkan oleh MTsN Piladang yaitu 70.
Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1.
Persentase ketuntasan belajar ulangan harian I semester ganjil siswa MTsN Piladang pada mata
pel{jaran matematika TP 2012/2013
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Rata-rata
|
Ketuntasan
|
<70
|
≥70
|
VIII1
|
31 orang
|
61,80
|
64,71%
|
35,29%
|
VIII2
|
31 orang
|
65,60
|
49,49%
|
50,51%
|
VIII3
|
31 orang
|
65,09
|
60,00%
|
40,00%
|
VIII4
|
31 orang
|
60,80
|
58,13%
|
41,17%
|
(Sumber: Guru
Bidang Studi Matematika Kelas VIII MTsN
Piladang)
Untuk mengatasi masalah di atas perlu diadakan upaya
pembaharuan dalam pembelajaran matematika, pembelajaran yang dilaksanakan harus
dapat menarik siswa untuk aktif dan terlibat secara mental sehingga minat dan
respon siswa terhadap pembelajaran menjadi lebih baik. Melalui upaya tersebut,
peneliti berharap pembelajaran matematika dapat membuat perubahan pada diri
siswa. Perubahan yang diharapkan adalah siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
meningkatkan respon dan hasil belajar siswa, dan siswa mampu membagi
pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain. Jika siswa tersebut mampu
membagi pengetahuan matematika yang dimilikinya kepada orang lain, maka siswa
tersebut dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain untuk memecahkan masalah
matematika.
Salah satu model pembelajaran yang
sesuai dengan penjelasan di atas adalah model pembelajaran aktif tipe quiz
team. Model pembelajaran aktif tipe quiz
team merupakan salah satu pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel
Silberman, dimana siswa dibagi kedalam beberapa team. Pada awal pembelajaran
guru mengenalkan materi kepada siswa, setelah materi diperkenalkan maka semua aggota
team bersama-sama mempelajari materi yang diberikan oleh guru, saling
memberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami
materi tersebut. Setiap team bertanggung jawab untuk menyiapkan quiz
jawaban, kemudian diadakan suatu quiz (pertandingan) akademis antar team, team
A memberikan quiz kepada team B, team B kepada team C, begitu seterusnya
sehingga setiap team mendapatkan quiz dan menjawab quiz dari team yang lain.
Jika quiz yang diberikan tidak mampu dijawab oleh suatu team tertentu maka team
yang lain diperbolehkan untuk menjawabnya, dan jika team yang lain juga tidak
mampu untuk menjawabnya maka team yang memberikan quiz yang akan menjelaskan
jawabannya. Jika siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai dan siswa
yang mengerti memberi tahu kepada siswa yang belum mengerti, maka tidak akan
ada siswa yang merasa segan untuk bertanya, tidak akan ada siswa yang merasa
paling pintar, dan semua siswa akan saling mendengarkan serta akan saling
memberikan arahan.
Jika
model pembelajaran tipe quiz team ini dilaksanakan secara tepat dan
benar, maka akan menghasilkan peserta didik yang mampu memahami dan memaknai
suatu peristiwa. Serta, apabila dalam proses pembelajaran dibuat menyenangkan,
dimana menggunakan model pembelajaran yang tepat dan dapat membangkitkan minat
belajar siswa serta pemahaman siswa pada pelajaran matematika, maka siswa akan
merasa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Selain
itu, siswa akan senantiasa aktif belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat
memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan, siswa akan mampu mengaitkan
pelajaran dalam kehidupan mereka sehari–hari dan siswa akan memiliki minat
untuk belajar matematika sehingga aktivitas dan hasil belajar matematika siswa
akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul : “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE
LEARNING) TIPE QUIZ TEAM
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII MTsN PILADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran di kelas masih
terpusat pada guru.
2.
Aktifitas siswa dalam
pembelajaran belum berkembang secara optimal yang tergambar pada aktifitas
siswa yang masih monoton.
3.
Guru masih menggunakan model pembelajaran yang cenderung sama pada setiap kali pertemuan
sehingga menyebabkan kurangnya minat dan respon siswa terhadap pembelajaran.
4.
Hasil belajar matematika siswa
masih rendah dengan indikasi banyaknya siswa yang belum mencapai Ketuntasan
Kompetensi Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.
5.
Guru masih cenderung
memperhatikan kelas secara keseluruhan sehingga perbedaan individual kurang
mendapat perhatian.
C.
Batasan Masalah
Karena keterbatasan
kemampuan yang dimiliki, maka masalah-masalah yang dibahas dalam penelitian ini
hanya difokuskan pada aktifitas, respon, dan hasil belajar
siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) tipe Quiz team pada mata pelajaran matematika
di kelas VIII MTsN Piladang Tahun
Pelajaran 2012/2013.
D.
Rumusan Masalah
Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan dan penulisan karya ilmiah ini, maka
penulis merumuskan permasalahan ini dalam bentuk pertanyaan yaitu:
1. Bagaimanakah aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran aktif (active
learning) tipe quiz team berlangsung?
2. Bagaimanakah respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team diterapkan?
3. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team lebih baik
dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk
:
1.
Mengetahui aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team berlangsung.
2.
Mengetahui respon siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran aktif (active
learning) tipe quiz team diterapkan.
3.
Mengetahui
hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan
model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team dan yang mengikuti pembelajaran konvensional.
F.
Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami proposal ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1.
Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif (active learning merupakan pembelajaran yang
mengarahkan kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa
dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan”.
2.
Tipe Quiz team
Model Pembelajaran tipe quiz team merupakan model pembelajaran aktif
yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam pembelajaran tipe quiz
team ini siswa dibagi menjadi beberapa team. Setiap siswa dalam team
bertanggung jawab untuk menyiapkan quiz jawaban singkat, dan team yang lain
menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan.
3.
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Konvensional adalah
pembelajaran yang dilakukan secara klasikal dengan strategi ekspositori dan
pemberian tugas secara individu yang menggunakan komunikasi satu arah.
4.
Aktivitas Siswa
Aktifitas siswa adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan
siswa selama pembelajaran . Pada penelitian ini aktifitas yang diteliti
melliputi: mendengarkan/memperhatikan, bertanya, menjawab pertanyaan, dan
meringkas materi pembelajaran.
5.
Respon siswa
Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap kegiatan pembelajarannya.
6.
Hasil Belajar
Hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya.
G.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:
1.
Pengalaman, bekal dan pengetahuan
bagi peneliti dalam mengajar matematika dimasa mendatang, khususnya dalam
penggunaan model
pembelajaran tipe quiz team.
2.
Memberikan sumbangan pemikiran bagi
guru matematika dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Masukan bagi guru matematika dan
calon guru matematika dalam upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa
dan kualitas belajar siswa.
4.
Informasi bagi guru dan mahasiswa
untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Belajar dan
Pembelajaran
Belajar
merupakan
suatu proses aktif dari setiap individu. Seseorang mengalami proses perubahan
tingkah laku bila melakukan proses belajar. Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning
is defined as the modification or strengthening of behavior trhough experiencing).
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi
lebih luas dari itu yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan.
Morgan menjelaskan
bahwa: “Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil
dari pengalaman”. Sedangkan menurut Slameto, “Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Selanjutnya Muhibbin Syah juga menyebutkan bahwa: “Belajar
dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif”.
Bertolak dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku yang dialami peserta didik akibat berinteraksi dengan lingkungannya,
belajar lebih mengutamakan proses bukan hasil. Seseorang yang melakukan proses
belajar akan mendapatkan suatu hal berupa perubahan tingkah laku sesuai dengan
proses belajar yang ia lalui dan hasil yang ia harapkan.
B.
Pembelajaran
Matematika
Berdasarkan etimologis (Ela Tinggih, 1972:5), perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu matematika diperoleh dengan bernalar akan tetapi matematika lebih menekankan aktifitas
dalam dunia rasio (penalaran) sedangkan ilmu lain lebih
menekankan pada hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran. Sementara itu,
James dan James (1976) dalam Suherman menyatakan bahwa: “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran dan
konsep-konsep yang berhubungan dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak
yang terbagi menjadi tiga bidang aljabar, analisis dan geometri”.
Pada pembelajaran
khususnya pembelajaran matematika, hendaknya siswa dapat terlibat aktif
didalamnya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menurut Cobb dalam Suherman, “belajar
matematika bukanlah suatu proses (pengepakan) pengetahuan secara hati-hati,
melainkan hal mengorganisir aktifitas, dimana kegiatan ini diinterprestasikan
secara luas termasuk aktifitas dan berfikir konseptual”.
Jadi pembelajaran matematika adalah suatu pembelajaran yang sengaja dirancang
dengan tujuan untuk menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan siswa
melaksanakan kegiatan belajar matematika dimana siswa diberikan peluang untuk
berusaha dan memahami dalam mencari pengalaman tentang matematika secara
mendalam dan terstruktur.
C.
Model Pembelajaran Tipe Quiz Team
a.
Pengertian
Tipe Quiz Team
Model Pembelajaran tipe quiz team merupakan model pembelajaran
aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam pembelajaran tipe quiz team ini siswa dibagi menjadi
beberapa tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis
jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan.
Dalam pembelajaran tipe quiz team ini, pembelajaran diawali
dengan guru menerangkan konsep dasar secara klasikal, lalu siswa dibagi kedalam
beberapa kelompok. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok yang heterogenitas.
Menurut Anita Lie, “kelompok heterogenitas dapat dibentuk dengan memperhatikan
keaneka ragaman gender, latar belakang social-ekonomi dan etnik, serta
kemampuan akademis (satu berkemampuan tinggi, sedang dan berkemampuan rendah)”.
Cara Pengelompokan pada pembelajaran tipe quiz
team ini, yaitu dengan menggunakan langkah-langkah yang telah diterapkan
oleh Anita Lie. Semua anggota kelompok bersama–sama mempelajari materi tersebut,
saling memberikan arahan, saling memberi pertanyaan dan jawaban. Setelah materi
selesai, maka diadakan suatu pertandingan akademis.
b.
Prosedur
Model Pembelajaran Tipe Quiz Team
Silberman mengungkapkan prosedur
pembelajaran dengan menggunakan tipe quiz
team adalah sebagai berikut:
1. Guru
memilih topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen
2. Siswa
dibagi kedalam tiga kelompok besar
3. Guru
menjelaskan skenario pembelajaran
4. Guru
menyajikan materi pelajaran
5. Guru
meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B, dan tim C
menggunakan waktu untuk memeriksa catatan mereka
6. Tim A
memberikan kuis kepada tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan maka
tim C diperbolehkan menjawabnya
7. Tim A
mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada tim C dan mengulang proses tersebut
8. Ketika
kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B
sebagi pemandu kuis
9. Setelah
tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran dan
tunjuklah tim C sebagi pemandu kuis.
Sesuai
langkah-langkah yang dikemukakan Mel Silberman diatas, maka langkah-langkah
penggunaan pembelajaran aktif tipe quiz
team dalam proser pembelajaran pada penelitian ini adalah:
1) Siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok kecil berdasarkan kelompok yang heterogenitas
yaitu terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang dan rendah
2)
Guru memberikan
informasi mengenai prosedur pelaksanaan quiz
team dalam kelompok
3) Guru
menyajikan materi pada siswa
4) Guru
meminta tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, sementara tim B, dan tim
yang lain menggunakan waktu untuk
memeriksa catatan mereka
5) Tim
A memberikan kuis kepada tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab pertanyaan maka
tim C atau tim yang lain diperbolehkan menjawabnya.
6) Tim
A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada tim C dan mengulang proses tersebut
dan begitu seterusnya sampai semua tim mendapatkan pertanyaan
7) Ketika
kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B
sebagi pemandu kuis.
8) Setelah
tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran dan
tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis, begitu seterusnya sampai semua tim
mendapatkan kesempatan sebagai pemateri.
D.
Pembelajaran
Konvensional
1.
Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara
klasikal dengan strategi ekspositori dan pemberian tugas secara individu yang
menggunakan komunikasi satu arah. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran konvensional lebih
menitik beratkan pada keaktifan guru. Pembelajaran konvensional yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang biasa dilaksanakan dengan
strategi ekspositori.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Eman Suherman:
“Pada strategi ekspositori dominasi guru banyak berkurang, karena tidak
terus menerus bicara, ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan
contoh soal pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Siswa tidak hanya mendengar
dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan bertanya kalau tidak mengerti, guru dapat memeriksa
pekerjaan siswa secara individu atau kelompok”.
Untuk kelas
kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guru yaitu
dengan strategi ekspositori, dimana guru menyampaikan materi dan menyelesaikan
contoh soal, dan siswa menerima apa yang disampaikan oleh guru, setelah itu siswa
diberikan soal latihan yang diselesaikan secara individu. Pada akhir
pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.
Menurut Nasution, pembelajaran konvensional
memiliki ciri–ciri sebagai berikut:
a.
Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik
kedalam kelakuan yang dapat diukur
b.
Bahan pelajaran diberikan kepada
kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara
individu
c.
Bahan pelajaran umumnya berbentuk
ceramah, kuliah, tugas tertulis, dan media lain menurut pertimbangan guru
d.
Berorientasi pada kegiatan guru dan
mengutamakan kegiatan belajar
e.
Siswa kebanyakan bersifat pasif
mendengar uraian guru
f.
Semua siswa harus belajar menurut
kecepatan guru mengajar
g.
Penguatan umumnya diberikan setelah
dilakukan ulangan atau ujian
h.
Keberhasilan belajar umumnya dinilai
guru secara subjektif
i.
Pengajar umumnya sebagai penyebab dan
penyalur informasi utama, dan
j.
Siswa biasanya mengikuti beberapa tes
atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes
atau ulangan, itulah nilai rapor yang diisikan.
Dari
uraian di atas terlihat bahwa pada pembelajaran konvensional siswa lebih banyak
bersifat pasif mendengarkan uraian dari guru yang diberikan dalam bentuk
ceramah, hal ini dapat menyebabkan belajar siswa menjadi belajar menghafal
sehingga pengetahuan yang diperoleh lebih cepat terlupakan. Dalam pembelajaran ini guru tidak dapat
memperhatikan siswa secara individu karena materi pelajaran diberikan kepada
kelas secara keseluruhan, sehingga keaktifan siswa belum terlihat dan guru juga
belum bisa membedakan kemampuan belajar setiap indivu, baik perbedaan
pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Pembelajaran konvensional biasanya diawali dengan penjelasan tentang materi atau
konsep matematika oleh guru, dilanjutkan dengan memberikan contoh soal, contoh
soal tersebut dibahas oleh guru dengan melibatkan siswa dalam menyelesaikan,
kemudian memberikan siswa soal-soal latihan, dan diakhiri dengan pemberian
tugas kepada siswa. Pembelajaran
konvensional yang dimaksudkan disini adalah pembelajaran yang biasa dilakukan
guru di kelas yaitu melalui strategi ekspositori.
Kelebihan dan kekurangan
pembelajaran konvensional adalah:
1.
Kelebihan pembelajaran konvensional
a. Dapat
mengontrol urutan dan keluasan materi pelajaran, dengan demikian dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disajikan.
b. Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
c. Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus bias melihat atau
mengobservasi(melalui pelaksanaan demontrasi).
d. Bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
2.
Kelemahan pembelajaran konvensional
a. Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b. strategi
ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
c. Karena
strategi ini lebih banyak melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berfikir kritis.
d. Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya dir,semangat, antusiasme,
motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur ( berkomunikasi),
dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e. Oleh
karena gaya berkomunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah,
maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pelajaran akan
sangat terbatas pula. Disamping itu komunikasi satu arah bias mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
2.
Perbedaan
Model Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Tipe Quiz Team Dengan Pembelajaran
Konvensional
Berdasarkan
kajian teori diatas, maka dapat dibedakan antara pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team dengan pembelajaran
konvensional:
Table
3 : Perbedan Model Pembelajaran Aktif Tipe Quiz
Team Dengan Pembelajaran Konvensional.
Tipe Quiz Team
|
Konvensional
|
1. Tujua dirumuskan secara spesifik kedalam kelakuan
yang dapat diukur
2. Pembelajaran dengan diskusi kelompok kecil
3. Siswa aktif dan guru hanya sebagai fasilitator
4. Adanya pertandingan akademis antar kelompok/tim
5. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok kecil
dengan memperhatikan siswa secara individu
|
1. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik kedalam
kelakuan yang dapat diukur
2. Pembelajaran dengan ceramah
3. Siswa pasif dan guru aktif
4. Siswa hanya mengerjakan latihan soal yang
diberikan oleh guru
5. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau
kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individu
|
E.
Aktifitas Siswa
Kegiatan
pembelajaran tidak terlepas dari aktifitas, sebab belajar dan
mengajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku melalui kegiatan. Itulah
sebabnya aktifitas merupakan prinsip dasar dalam interaksi pembelajaran.
Aktifitas siswa dalam kelas dapat dilihat dari partisipasi siswa terhadap
pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam
pembelajaran, aktifitas siswa terlahir karena
adanya motivasi dan dorongan. Oleh sebab itu, guru harus berupaya untuk
membimbing siswa agar dapat beraktifitas secara maksimal. Aktifitas yang dimaksud adalah aktifitas yang
berhubungan dengan pembelajaran dikelas.
Aktifitas dapat berupa interaksi siswa
dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungannya. Berbagai macam
aktifitas dapat dilakukan siswa di dalam kelas. Paul B Diedrich dalam Sardiman
membagi aktifitas belajar siswa sebagai berikut:
a.
Visual
activities, seperti: membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan
orang lain.
b.
Oral
activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c.
Listening
activities, seperti mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d.
Writing
activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e.
Drawing
activities, seperti: membuat grafik, peta, diagram.
f.
Motor
activities, misalnya: melakukan percobaan, membuat konstruksi, mereparasi, berkebun,
beternak.
g.
Mental
activities, misalnya; menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat
hubungan, mengambil keputusan.
h.
Emotional
activities, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah,
berani, tenang, gugup.
Dalam pembelajaran di kelas, semua aktifitas ini saling mendukung satu sama
lain. Jika siswa aktif dalam belajar maka tujuan pembelajaran akan mudah
tercapai.
Setelah disesuaikan dengan strategi pembelajaran quiz team, maka aktifitas yang akan diamati
dalam penelitian ini adalah seperti yang
diperlihatkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2. Aktifitas yang Akan Diamati
No
|
Indikator Aktifitas
|
Aktifitas Yang Diamati
|
1.
|
Visual activities
|
Membaca materi pada bahan pelajaran
|
2.
|
Writing Activities
|
Membuat pertanyaan yang sesuai dengan materi pelajaran
|
3.
|
Mental Activities
|
Menyelesaikan/mecahkan soal
|
4.
|
Oral Activities
|
a. Mempresentasikan jawaban di depan kelas
b. Menanggapi presentasi siswa yang tampil
|
F.
Respon Siswa
Respon adalah istilah yang digunakan oleh psikologi untuk menamakan reaksi terhadap rangsang yang diterima oleh panca indera. Respon biasanya diwujudkan dalam bentuk perilaku yang dimunculkan setelah dilakukan
perangsangan. Teori Behaviorisme menggunakan istilah respon yang dipasangkan dengan rangsang dalam menjelaskan proses terbentuknya perilaku.
Respon adalah interaksi yang dimunculkan
peserta didik ketika belajar, yang dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau
tindakan. Respon akan mempengaruhi persepsi orang lain terhadap individu
tersebut dan pada gilirannya akan mempengaruhi interaksi sosial antar individu.
Respon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan
komponen pembelajaran setelah siswa mengikuti pembelajaran Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) tipe Quiz team yaitu: materi pelajaran, cara belajar, dan cara guru mengajar.
G.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan menjadi
indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Setelah pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan yang dapat mengubah tingkah laku mereka.
Hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1)
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara
spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan
masalah, maupun penerapan aturan.
2)
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan
prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktifitas kognitif bersifat khas.
3)
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
4)
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
5)
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Hasil belajar yang baik hanya akan dapat dihasilkan melalui proses pemanfaatan semua potensi yang ada. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga harus dioptimalkan penggunaanya.
Hasil belajar yang
dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut:
a)
Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang
untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak akan
mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk
meningkatkan, setidak-tidaknya mempertahankan, apa yang telah dicapainya.
b)
Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya, ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain
apabila ia berusaha sebagaimana harusnya. Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang
tidak dapat dicapai apabila ia berusaha sesuai dengan kesanggupannya.
c)
Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti
akan tahan lama diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari
aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan
pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan
mengembangkan kreatifitasnya.
d)
Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh
(komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, wawasan, ranah
afektif atau sikap dan apresiasi, serta ranah psikomotoris, keterampilan, atau
perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan
ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya,
baik efek instruksional maupun efek nurturant
atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.
e)
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun
menilai dan mengendalikan poses dan usaha belajarnya. Ia tahu dan sadar bahwa
tinggi-rendahnya hasil belajar yang dicapainya bergantung pada usaha dan
motivasi belajar dirinya sendiri.
Kaitannya dengan pembelajaran, maka hasil belajar merupakan sasaran yang
ingin dicapai setelah pembelajaran berlangsung. Tentunya hasil yang diharapkan adalah hasil yang maksimal.
Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal sangat diperlukan kesiapan mental.
Kesiapan ini dalam wujud kemauan dan rasa ingin tahu terhadap materi yang
dipelajari. Siswa akan selalu bertanya tentang segala sesuatu yang tidak mereka
ketahui sehingga mereka akan termotifasi dan aktif dalam mencari jawaban
terhadap pertanyaan- pertanyaan mereka sendiri.
Sementara itu ( Bloom : 1956 ) dalam
taksonominya terhadap hasil belajar (Taksonomi Bloom) mengkategorikan hasil belajar menjadi tiga domain yaitu:
a.
Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini
memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
b.
Domain afektif (affective domain), yang terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu: kemampuan
menerima (receiving), kemampuan
menanggapi/menjawab (responding), menilai
(valuating), dan organisasi (organization).
c.
Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta
didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari
gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada hakekatnya
adalah perubahan tingkah laku yang menyangkut bidang pengetahuan nilai (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor). Terkait dengan hasil belajar di
atas, maka hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek
kognitif yang akan diukur dengan tes hasil belajar.
H.
Penelitian yang
Relevan
Penelitian yang
relevan dengan penelitian ini adalah: Apendi, dengan penelitian yang berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) Tipe Quiz pada Siswa Kelas SMP Negeri 7
Bukittinggi Tahun Pelajaran 2011/2012”. Pada
penelitian ini hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran quiz team lebih baik dari pada hasil
belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
I.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan masalah
dan teori yang telah dikemukakan, maka peneliti dapat memberikan gambaran dalam
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran quiz
team pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol. Model pembelajaran quiz team diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. Perbedaan hasil belajar siswa dapat
dilakukan dengan menggunakan tes. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema
berikut :
Kelas kontrol
Dengan Pembelajaran konvensional
|
Kelas eksperimen
Dengan tipe quiz
team
|
Untuk
melihat adanya perkembangan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, model pembelajran aktif tipe quiz team ini dapat
dilihat dari lembar observasi yang digunakan nantinya. Sedangkan untuk melihat adanya peningkatan hasil beajar
siswa dapat dilihat dari nilai siswa pada tes akhir.
Dalam
pelaksanaannya, model pembelajaran aktif tipe
quiz team ini dapat merangsang siswa
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan dan
keterampilan mengevaluasi serta mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap
belajarnya sendiri maupun dalam berkelompok. Jadi, siswa akan menjadi lebih
kreatif dan memiliki ide-ide orisinil.
J.
Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah berlandaskan kajian teori yang
telah di jelaskan sebelumnya. Hipotesis penelitian ini adalah Hasil belajar
matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz
team lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII
MTsN Piladang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Sesuai dengan jenis permasalahan dan tujuan penelitian yang
telah dikemukakan maka jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
“Eksperimen merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel
atau lebih untuk mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain.” Tujuannya adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu
atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih
kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Pada penelitian ini,
penelitian eksperimen yang digunakan adalah penelitian pra eksperimen yaitu
penelitian yang mengandung ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil.
Untuk keperluan tersebut maka digunakan dua kelas, yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa kelas eksperimen diajar dengan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team , sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional
B.
Rancangan
Penelitian
Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah The Static Group Comparison
Design. Sampel dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan yang
diberikan pada kelas eksperimen adalah penerapan model pembelajaran aktif (active learning) tipe quiz team. Sedangkan pada kelas kontrol dilakukan
pembelajaran konvensional .
Tabel 3.1.
|
Rancangan
penelitian The Static Group Comparison
Design
|
Kelas
|
Treatment
|
Posttest
|
Eksperimen
|
X1
|
O
|
Kontrol
|
X2
|
O
|
Keterangan:
X1 =
|
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen,
yaitu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Aktif (Active
Learning) tipe Quiz team .
|
X2 =
|
Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
|
O =
|
Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di akhir
penelitian
|
C.
Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi adalah seluruh
individu yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VIII MTsN Piladang tahun pelajaran
2012/2013 .
Distribusi siswa
setiap kelas dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.2. Distribusi siswa kelas
VIII MTsN Piladang tahun
pelajaran 2012/2013 .
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
VIII1
|
31 orang
|
VIII 2
|
31 orang
|
VIII 3
|
31 orang
|
VIII 4
|
31 orang
|
Jumlah Total
|
124 orang
|
(Sumber:
Tata Usaha MTsN Piladang
)
2) Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara
representatif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau bagian kecil yang
diamati.
Dalam penelitian ini mengingat jumlah populasi 4 kelas maka hanya dibutuhkan 2 kelas sebagai sampel yaitu
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Agar sampel yang diambil representatif artinya benar-benar mencerminkan
populasi, maka pengambilan sampel dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mengumpulkan nilai ulangan harian I semester ganjil matematika siswa kelas
VIII MTsN Piladang yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika.
b. Melakukan uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui populasi
berdistribusi normal atau tidak, sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang
dari kebenaran.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0= Populasi berdistribusi normal.
H1= Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Data X1, X2, X3, ……, Xn
diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar.
2)
Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
S =
Simpangan Baku
= Skor rata-rata
Xi = Skor dari tiap siswa
3)
Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
F (Zi) = P (P < Zi)
4)
Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih baku atau sama Zi
yang dinyatakan dengan S(Zi) dengan menggunakan rumus:
5)
Menghitung selisih F (Zi) – S(Zi), kemudian
ditentukan nilai mutlaknya.
6)
Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi
simbol Lo. Lo = maks
7)
Bandingkan nilai Lo yang diperoleh dengan nilai Lo yang ada pada tabel.
Pada taraf 0,05 jika Lo ≤ Ltabel maka Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
Peneliti
menggunakan Software minitab untuk lebih mengakuratkan data
penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Input data ke dalam Software minitab;
2.
Klik stat, kemudian pilih Basic
Statistic, klik normality test;
3.
Tentukan variable yang akan
diinput, kemudian klik OK.
Data berdistribusi
normal, apabila harga Pvalue lebih besar dari taraf nyata
.
c. Melakukan uji homogenitas variansi.
Uji homogenitas tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi homogen atau tidak. Uji
homogenitas dilakukan dengan uji Barlett
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Membuat hipotesis, yaitu:
H0 : populasi mempunyai variansi homogen
H1 : populasi mempunyai variansi tidak homogen
2)
Menghitung variansi masing-masing
kelompok.
3)
Menghitung variansi gabungan dari
populasi menggunakan rumus:
.
4)
Menghitung harga satuan Barlett (B)
dengan rumus:
5)
Menghitung harga satuan
Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
6)
Membandingkan
dengan
dengan kriteria bila
<
untuk taraf nyata (α
= 0,05) maka terima H0 artinya populasi homogen.
Setelah
dilakukan perhitungan dengan Uji Barlett diperoleh X2hitung = 7,886. Jika α = 0,05, dari daftar chi-kuadrat dengan dk = 6 didapat
= 12,592, sehingga dapat disimpulakan bahwa populasi
mempunyai variansi homogen karena
<
. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran IV.
Peneliti
menggunakan Software minitab untuk lebih mengakuratkan data
penelitian dalam menentukan populasi homogen, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Input data ke dalam Software minitab;
2.
Klik stat, kemudian pilih Basic
Statistic, klik 2 variances;
3.
Tentukan variable yang akan
diinput, kemudian klik OK.
Data disebut
homogen, apabila harga Pvalue lebih besar dari taraf nyata
. Data homogen jika Pvalue
dan tidak homogen
jika sebaliknya.
d. Melakukan uji kesamaan rata-rata
Adapun langkah-langkah dalam menguji kesamaan rata-rata
populasi adalah:
1)
Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
H0:
H1: sekurang-kurangnya dua rata-rata
tidak sama
2)
Tentukan taraf nyatanya (α)
3)
Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
4)
Tentukan perhitungan melalui tabel berikut:
|
Populasi
|
|
1
|
2
|
3
|
K
|
X11
X12
…
X1n
|
X21
X22
…
X2n
|
X31
X32
…
X3n
|
Xk1
Xk2
…
Xkn
|
|
Total
|
T1
|
T2
|
T3
|
Tk
|
T…
|
Nilai
Tengah
|
1
|
2
|
3
|
k
|
…
|
Tabel 3.5. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi
Perhitungannya dengan menggunakan
rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT)
Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom
(JKK)
Jumlah Kuadrat Galat (JKG)
JKT
JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke
dalam tabel berikut:
Tabel 3.6. Analisis
Ragam Bagi Data Hasil Belajar Siswa
Kelas Populasi
Sumber Keragaman
|
Jumlah Kuadrat
(JK)
|
Derajat Bebas (dk)
|
Kuadrat Tengah
|
Fhitung
|
Nilai tengah kolom
|
JKK
|
k-1
|
|
|
Galat
|
JKG
|
|
|
Total
|
JKT
|
|
|
|
5)
Keputusannya:
H0 diterima jika
H0 ditolak jika
Analisis variansi dilakukan dengan cara teknik anava satu
arah dengan f < f α (k – 1,
). Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh hasilnya
yaitu
.
Untuk lebih
mengakuratkan data dalam menentukan kesamaan rata-rata suatu populasi, peneliti
menggunakan Software minitab. langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut:
1.
Input data ke dalam Software minitab;
2.
Klik stat, kemudian pilih ANOVA,
klik One Way, ;
3.
Tentukan variable yang akan
diinput, kemudian klik OK.
Data disebut
memiliki kesamaan rata-rata, apabila Pvalue yang diperoleh lebih
besar dari taraf nyata
e.
Menentukan sampel
Jika populasi berdistribusi normal, mempunyai variansi yang
homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka pengambilan sampel dapat
dilakukan secara acak. Pengambilan kelas sampel pada penelitian ini dilakukan
dengan cara sampling parphosif, kelas sampel ditentukan oleh guru dengan
beberapa pertimbangan. Melalui pertimbangan tersebut maka guru menetapkan kelas
VIII 1 sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIII 2
sebagai kelas kontrol.
D.
Variabel
Variabel dapat diartikan
sebagai pengelompokan yang logis dari dua
atribut atau lebih.
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah:
a.
Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penerapan model pembelajaran
aktif (active learning) tipe Quiz team pada mata
pelajaran matematika di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol.
b.
Variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa akibat penerapan model pembelajaran aktif (active learning) tipe Quiz
team .
c.
Variabel perantara. Variabel perantara dalam penelitian ini adalah aktifitas dan respon siswa akibat penerapan model pembelajaran aktif tipe quiz team.
E.
Jenis dan Sumber
Data
1.
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a)
Data primer yaitu data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utamanya.
Data primer dalam penelitian ini adalah tentang aktifitas, respon siswa dan
hasil belajar matematika siswa yang di peroleh setelah mengadakan eksperimen.
b)
Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui
pengumpulan atau pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi berupa
penelaahan terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi-referensi
atau peraturan yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai ulangan
harian I semester ganjil matematika siswa kelas VIII MTsN Piladang tahun ajaran 2012/2013 .
2.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
sampel, guru bidang studi matematika kelas VIII dan kantor tata usaha MTsN Piladang.
F.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap,yaitu:
1)
Tahap
Persiapan
Hal- hal
yang dilakukan dalam tahap persiapan ini adalah:
a.
Menetapkan tempat dan jadwal
penelitian.
b.
Mengurus surat izin penelitian
pada pihak kampus.
c.
Mengurus izin penelitian kepada
pemerintahan Kabupaten 50 Kota.
d.
Menyusun materi pelajaran
penelitian.
e.
Menentukan kelas sampel..
f.
Membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP.
g.
Membuat kisi-kisi soal tes hasil
belajar.
h.
Membuat soal uji coba untuk tes
hasil belajar.
i.
Mempersiapkan lembar observasi
untuk mencatat aktifitas siswa dan respon siswa.
j.
Menvalidasi instrumen penelitian
kepada ahlinya.
k.
Mempersiapkan observer untuk
mengamati aktifitas siswa, observer dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang bersedia membantu peneliti.
l.
Melalukan uji coba soal tes.
m.
Menyusun soal tes akhir
berdasarkan analisis soal uji coba beserta pembahasannya.
2)
Tahap
Pelaksanaan
Pada tahap ini
dilakukan pembelajaran pada masing-masing kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran quiz team sedangkan kelas
kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Langkah-langkah pembelajaran pada kedua kelas tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.7. Langkah-langkah Pembelajaran Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas
Eksperimen
|
Kelas
Kontrol
|
1) Pendahuluan (10 menit)
Apersepsi
a) Guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan materi yang akan dipelajari
dengan materi sebelumnya.
b) Guru menginformasikan SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
c) Guru menyampaikan strategi dan penerapan pembelajaran yang digunakan.
Motivasi
d) Guru memberikan penjelasan bahwa keaktifan dalam pembelajaran akan
menjadi nilai plus bagi setiap siswa dan materi yang
dipelajari akan bermanfaat bagi siswa.
|
1) Pendahuluan (10 menit)
Apersepsi
a) Guru memberikan apersepsi dengan mengkaitkan materi yang akan dipelajari
dengan materi sebelumnya.
b) Guru menginformasikan SK, KD, indikator dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
|
2) Kegiatan inti (60 menit):
Eksplorasi
a) Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa team.
b) Guru memperkenalkan materi pembelajaran dan
memberi pengetahuan terbatas kepada siswa.
Elaborasi
c) Setiap team membuat satu soal quiz beserta jawaban tentang materi yang
sedang dipelajari.
d) Team A melemparkan pertanyaan kepada team B, team B ke team C dan begitu
seterusnyansecara berurutan sampai setiap kelompok mendapatkan pertanyaan dan
segera mencari jawabannya.
e) Guru berperan sebagai juri, jika jawaban yang diberikan
salah maka team lain diperbolehkan untuk menjawabnya dan jika team yang lain
juga tidak bisa menjawabnya maka team yang memberikan soal segera menjelaskan
jawabannya.
Konfirmasi
f) Guru memberikan penekanan terhadap jawaban yang telah dijawab
siswa.
g) Guru memberikan latihan kepada siswa secara individu.
|
2) Kegiatan inti (60 menit):
Eksplorasi
a) Guru menjelaskan materi.
b) Guru memberikan contoh soal yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari.
Elaborasi
c) Guru memberikan latihan dan meminta siswa untuk mengerjakan latihan
secara individu.
d) Guru membantu siswa yang
kesulitan dalam mengerjakan soal.
e) Guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan di papan tulis.
f) Guru bersama dengan siswa mengoreksi hasil yang telah ditemukan oleh
temannya.
Konfirmasi
g) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang dianggap sulit dan memberikan penjelasan terhadap
pertanyaan tersebut.
h) Guru memberikan penguatan.
|
3) Kegiatan penutup (10 menit):
a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b) Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk pemantapan materi.
c) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya.
|
3) Kegiatan penutup (10 menit):
a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
b) Guru memberikan pekerjaan rumah kepada siswa untuk
pementapan materi.
c) Guru meminta siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya.
|
3)
Tahap
Penyelesaian
Langkah-langkah
yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan
tes akhir pada masing-masing kelas sampel.
b.
Memberikan
angket respon siswa kepada setiap siswa pada kelas eksperimen.
c.
Mengolah
data hasil tes akhir, lembar observasi, dan angket respon siswa, penulis
lakukan setelah penelitian berakhir.
d.
Menarik
kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh sesuai dengan teknik analisis data
yang digunakan.
G.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen untuk
melihat aktifitas, respon, dan hasil belajar siswa, yaitu:
1.
Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ciri- ciri
individu aktif dan divalidasi oleh validator. Lembar observasi ini
digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktifitas
siswa selama pembelajaran quiz team
berlangsung.
Aktifitas
yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1.
Membaca materi pada bahan
pelajaran
2.
Membuat pertanyaan yang sesuai
dengan materi pelajaran
3.
Memecahkan/menyelesaikan soal
4.
Mempresentasikan jawaban di depan
kelas
5.
Menanggapi presentasi siswa yang
tampil
2.
Angket
Angket digunakan
untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran quiz team. Angket respon siswa ini
berisi pernyataan-pernyataan tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang
dilaksanakan. Angket diberikan setelah akhir pembelajaran. Angket diisi oleh
setiap peserta didik yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran quiz team, dalam angket ini berisikan dua alternatif jawaban, yaitu iya
dan tidak.
3.
Tes Hasil
Belajar
Tes yang diberikan adalah tes berbentuk essay. Karena
tes essay dapat mendorong siswa untuk mengorganisasikan dan mengintegrasikan
ide-idenya sendiri. Dalam penyusunan tes tersebut, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu
mengatahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan melihat
apakah strategi pembelajaran yang digunakan berhasil
diterapkan.
b.
Membuat batasan terhadap materi
pelajaran yang akan diuji.
c.
Membuat kisi-kisi tes hasil belajar.
d.
Menyusun butir-butir soal tes sesuai kisi-kisi yang telah dibuat
e.
Membuat pembahasan soal tes hasil belajar.
f.
Validasi tes.
Validitas tes ini bertujuan untuk mengetahui validitas tes secara teoritis
( validitas isi ). Dalam suatu tes, tes dikatakan valid apabila materi yang
akan diteskan kepada siswa sesuai bahan-bahan pelajaran yang diatur dalam
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah digariskan dalam kurikulum. Soal-soal tes
diberikan kepada beberapa orang ahli untuk menvalidasi soal-soal yang telah
dibuat.
g.
Melakukan uji coba tes
Sebelum tes dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, tes perlu
diujicobakan. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah soal yang telah disusun
dapat digunakan atau perlu direvisi.
h.
Analisis butir soal tes
Analisis ini dilakukan untuk melihat dan mengidentifikasi soal- soal yang
baik, kurang baik dan soal yang tidak baik sama sekali.
Hal- hal yang dilakukan dalam melakukan analisis butir soal adalah:
1) Validitas
Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Untuk menentukan nilai validitas digunakan rumus:
Keterangan:
Koefisien korelasi antara varabel X
dan Y
Jumlah testee
Jumlah perkalian antara skor item
dan skor total
Jumlah skor item
Adapun kriteria nilai validitas soal adalah sebagai berikut:
a)
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 :
sangat tinggi
b)
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 :
tinggi
c)
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 :
cukup
d)
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 :
rendah
e)
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 :
sangat rendah.
Berdasarkan hasil analisis validitas tes diperoleh nilai R masing-masing item soal kemudian
dicocokkan dengan kriteria interpretasi product
moment.
2)
Reliabilitas
Soal
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut dilakukan berulang-
ulang kali akan memperoleh hasil yang tetap.
Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tes berbentuk uraian.
Untuk menentukan reliabilitas soal
digunakan rumus:
Dengan:
Koefisien reliabelitas tes
Banyaknya butir item yang
dikeluarkan dalam tes
Jumlah varian skor dari tiap item
= Varian total
Rumus varians:
Klasifikasi
reliabilitas menurut Slamet Santoso adalah:
reliabilitas sangat tinggi
reliabilitas tinggi
reliabilitas sedang
reliabilitas rendah
reliabilitas sangat rendah
3)
Tingkat
Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran
soal adalah suatu bilangan yang menunjukkan sulit mudahnya suatu soal. Soal
yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut
Zainal Arifin, untuk menghitung tingkat kesukaran dapat digunakan
langkah-langkah berikut:
a)
Menghitung
rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:
b)
Meghitung tingkat
kesukaran dengan rumus:
c)
Membandingkan
tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:
0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 =
sedang
0,71 – 1,00 = mudah
d)
Membuat penafsiran
tingkat kesukaran dengan cara membandingkan koefisien tingkat kesukaran dengan
kriteria.
4)
Daya Pembeda
Soal
Daya pembeda digunakan untuk mengukur kemampuan suatu soal
untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Menurut Zainal Arifin, untuk menentukan daya pembeda soal maka dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
b.
Mengurutkan skor total mulai dari yang terbesar sampai
dengan skor terkecil.
c.
Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah
peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27%.
d.
menghitung rata-rata skor atas untuk masing-masing kelompok
(kelompok atas maupun kelompok bawah).
e.
Menghitung daya pembeda soal dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
DP = daya pembeda
=
rata-rata kelompok atas
=
rata-rata kelompok bawah
Skor Maks = skor
maksimum
f.
Membandingkan daya pembeda dengan kriteria seperti berikut:
0,40 ke atas = sangat baik
0,30 – 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu diperbaiki
0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang.
H. Teknik Analisa Data
1.
Lembar
observasi
Data aktifitas yang diperoleh melalui lembar
observasi menurut Anas Sudijono dianalisis dengan menggunakan rumus persentase,
yaitu:
Keterangan:
Persentase
aktifitas
Frekuensi
aktifitas yang dilakukan
Kriteria penilaian aktifitas dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a) Jika persentase penilaian aktifitas adalah 1%- 25% maka aktifitas tergolong
sedikit sekali.
b) Jika persentase penilaian aktifitas adalah 26%- 50% maka aktifitas
tergolong sedikit.
c) Jika persentase penilaian aktifitas adalah 51%- 75% maka aktifitas
tergolong banyak.
d) Jika persentase penilaian aktifitas adalah 76%- 100% maka aktifitas
tergolong banyak sekali.
Persentase aktifitas belajar siswa ini dipantau
setiap kali pertemuan, sehingga dapat diketahui bagaimana perkembangan
aktifitas siswa dalam pembelajaran quiz
team.
2.
Angket
Data respon siswa yang diperoleh dari angket dianalisis dalam bentuk persentase. Kriteria
respon siswa dalam pengisian angket menggunakan skala Guttman, yang mempunyai
dua interval yaitu: ya-tidak. Respon siswa dikategorikan positif, jika respon positif untuk setiap aspek yang direspon diperoleh persentase minimal 75%. Untuk mencari persentase
respon siswa tiap aspek digunakan rumus:
3.
Tes hasil belajar
Tes hasil belajar dapat diukur dengan cara uji
hipotesis. Uji hipotesis dilakukan secara statistik dengan melakukan uji- t. Pengujian hipotesis ini
dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
a)
Uji
Normalitas
Melakukan uji normalitas data terhadap nilai tes hasil belajar matematika kelas VIII yang
bertujuan untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal atau
tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0= Data berdistribusi normal.
H1= Data berdistribusi tidak normal
Untuk melihat data berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1)
Data X1, X2, X3, ……, Xn
diperoleh dan disusun dari data yang terkecil sampai yang terbesar.
2)
Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Dimana:
S = Simpangan
Baku
= Skor rata-rata
Xi = Skor dari
tiap soal
3)
Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
F (Zi) = P (P < Zi)
4)
Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih baku atau sama Zi
yang dinyatakan dengan S(Zi) dengan menggunakan rumus:
5)
Menghitung selisih F (Zi) – S(Zi), kemudian
ditentukan nilai mutlaknya.
6)
Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi
simbol Lo. Lo = maks
7)
Bandingkan nilai Lo yang diperoleh dengan nilai Lo yang ada pada tabel.
Pada taraf 0,05 jika Lo ≤ Ltabel maka Ho diterima dan dapat
disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.
Langkah- langkah dalan uji normalitas kelas sampel sama dengan uji
normalitas kelas populasi yaitu sama- sama menggunakan uji Liliefors.
Peneliti
menggunakan Software minitab untuk lebih mengakuratkan data
penelitian, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Input data ke dalam Software minitab;
2.
Klik stat, kemudian pilih Basic
Statistic, klik normality test;
3.
Tentukan variable yang akan
diinput, kemudian klik OK.
Data berdistribusi
normal, apabila harga Pvalue lebih besar dari taraf nyata
.
b)
Uji
Homogenitas Variansi sampel
Uji homogenitas
tujuannya adalah untuk mengetahui apakah sampel mempunyai variansi homogen atau
tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Membuat hipotesis, yaitu:
H0
:
=
H1
: paling sedikit satu tanda sama dengan
tidak berlaku
2.
Menghitung variansi masing-masing
kelompok
3.
Menghitung variansi gabungan dari
populasi menggunakan rumus:
4.
Menghitung harga satuan Barlett
dengan rumus:
5.
Menghitung harga satuan
Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:
X2 = (ln 10)
6.
Membandingkan
dengan
dengan
kriteria bila
<
untuk
taraf α maka terima H0 artinya populasi homogen.
Peneliti
menggunakan Software minitab untuk lebih mengakuratkan data
penelitian dalam menentukan data homogen, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Input data ke dalam Software minitab;
2.
Klik stat, kemudian pilih Basic
Statistic, klik 2 variances;
3.
Tentukan variable yang akan
diinput, kemudian klik OK.
Data disebut
homogen, apabila harga Pvalue lebih besar dari taraf nyata
. Data homogen jika Pvalue
dan tidak homogen
jika sebaliknya.
c)
Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas,
selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk melihat
perbandingan hasil belajar kedua kelas sampel. Dengan hipotesis yaitu:
H0 : μ1 = μ2 : Hasil belajar matematika siswa yang
mengikuti pembelajaran quiz team sama
dengan hasil belajar siswa yang mengikuti strategi pembelajaran konvensional.
H1 : μ1 > μ2 : Hasil belajar matematika siswa yang
mengikuti pembelajaran quiz team
lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Dimana
adalah rata-rata kelas eksperimen dan
adalah rata-rata kelompok kontrol.
Setelah dilakukan analisis diperoleh bahwa data
berdistribusi normal dan variansinya homogen, maka uji
statistik yang digunakan adalah uji t dengan rumus:
dengan
Dimana:
= Nilai
rata-rata kelas eksperimen
= Nilai
rata-rata kelas kontrol
S12 = Variansi
hasil belajar kelas eksperimen
S22 = Variansi
hasil belajar kelas kontrol
S =
Simpangan baku
n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = Jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria:
Terima Ho
jika
, dimana
didapat dari daftar distribusi t
dan taraf nyata 0,05 dan dk = n1 + n2 – 2, untuk harga t
lainnya Ho ditolak.
Peneliti
menggunakan Software minitab untuk lebih mengakuratkan data
penelitian dalam menentukan hasil uji hipotesis, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1.
Input data ke dalam Software minitab;
2.
Klik stat, kemudian pilih Basic
Statistic, klik 2T ;
3.
Tentukan variable yang akan
diinput, kemudian klik option, pilih greather than, klik OK.
Kriteria pengujian adalah H0 diterima apabila Pvalue
0,05, jika sebaliknya
H0 ditolak.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran, Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2001. Penyusunan Butir Soal dan
Instrumen Penelitian. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati dan Mudjiono.
1999. Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.
Lie, Anita.
2002. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Nasution. 2000. Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sardiman. Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Silberman, Mel. 2007. Active Learning (101 Strategi Pembelajaran Aktif,. Yogyakarta :
Pustaka Insane Madani.
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Syamsuddin & Vismaia. 2007. Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa .Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Triyanto. 2010. Mendesain Strategi Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Walpole, Ronal. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta : PT. Gramadia Pustaka Utama.
Winarsono, Tulus. 2002. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM
Press.